Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berpikir Sejenak Tentang Bukti Keberadaan Allah (Bagian 1)


Membuktikan “keberadaan” sesuatu jauh lebih mudah daripada mencoba membuktikan “ketidak-adaan”nya. Sebagai contoh; Jika saya mengklaim bahwa ada buah yang disebut 'Buah Entawak' di hutan Kalimantan, mungkin beberapa orang tidak mempercayai saya karena mereka belum pernah melihatnya. Namun, saya dapat membuktikan klaim saya dengan membawa orang-orang yang tidak mempercayai saya tersebut ke Kalimantan dan menunjukkannya bahwa buah itu memang tumbuh di sana.

Jika seseorang menyangkal keberadaan sesuatu, untuk membuktikan klaim mereka tersebut mereka harus menjelajahi seluruh pelosok dunia. Namun, ini pun mungkin tidak cukup. Mereka bahkan harus mencari ke seluruh alam semesta untuk membuktikan bahwa benda atau hal itu benar-benar tidak ada dimana pun juga. Karena tidak mungkin melakukan ini, maka dapat dikatakan bahwa hampir tidak mungkin untuk membuktikan “ketidakberadaan” dari sesuatu sebelum benar-benar mencarinya ke seluruh penjuru.

Di sisi lain, pernyataan dua orang saksi langsung dari sebuah kejadian lebih kuat daripada pernyataan seribu orang yang bukan merupakan saksi dari kejadian tersebut. Ini berarti bahwa jika ada dua orang mengatakan bahwa mereka telah melihat sesuatu, maka tidak akan ada nilainya klaim ratusan orang yang menentangnya. Karena pengamat mengklaim bahwa mereka telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Orang-orang yang mendustakan mereka hanya mengatakan bahwa mereka “tidak melihatnya”, mereka tidak mengatakan, "Itu tidak ada". Pernyataan “tidak melihatnya” itu tidak lah sama dengan pernyataan “Itu tidak ada”, karena ketika beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak melihat sebuah kejadian, itu tidak berarti bahwa kejadian itu benar-benar tidak pernah terjadi.

Mari kita berikan sebuah contoh: Jika Anda melihat seorang penyanyi terkenal bernama A di sebuah pusat perbelanjaan dan ada orang lain yang mengatakan "Iya, saya juga pernah melihat si A di sana", ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa si A itu benar-benar ada di sana. Jadi walaupun ada banyak orang lain yang mengatakan bahwa mereka belum melihatnya, ini tidak berarti bahwa si A tidak ada di sana.

Jika ada sebuah istana yang memiliki seribu gerbang. Dapatkah Anda mengatakan bahwa tidak mungkin untuk masuk ke istana hanya dengan mencoba satu gerbang yang kebetulan terkunci? Ada 999 gerbang lagi.

Orang-orang ‘ngeyel’ selalu menunjuk ke satu gerbang dan berpendapat bahwa tidak mungkin masuk ke istana. Padahal kenyataannya adalah bahwa gerbang yang terkunci hanyalah selubung di mata mereka. Ini menghalangi mereka dari melihat kebenaran. Namun, bagi orang terbuka terhadap kebenaran, semua gerbang terbuka, selama dia tidak menutup matanya terhadap kebenaran.

Demikin pula di dalam kehidupan ini, sejatinya ada ribuan tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan Allah, orang-orang yang beriman tidak menutup matanya, lantas mereka pun menemukan tanda-tanda kebesaran Allah tersebut. Namun orang-orang yang “tidak mau beriman”, selalu menutup matanya lantas mengatakan bahwa tak ada tanda kekuasaan Allah di muka bumi ini, karena kami tidak pernah melihatnya. Keadaan mereka ini sama persis dengan orang-orang tadi yang mengatakan semua pintu Istana tertutup hanya karena mereka kebetulan sedang berdiri di depan pintu Istana yang tertutup tersebut.

Maka marilah kita buka mata kita, niscaya kita akan temui tanda-tanda kekuasaan-Nya.
(Bersambung - insya Allah)

Putra Kapuas,
Bogor, 28 September 2017

Posting Komentar untuk "Berpikir Sejenak Tentang Bukti Keberadaan Allah (Bagian 1)"